"Nagur Page Waris Samadiatn' Nang Jauh"

Selasa, 13 Mei 2008

Berita Kriminal


Dibawah ini adalah beberapa dari ribuan berita-berita aktual tentang tindakan kriminal yang banyak dilakukan oleh paranormal-paranormal mancanegara. (dikutif dari berita kriminal)
Dukun Jagal Ahmad Suraji (Datuk) membantai 42 wanita
Dukun Penipu Kena Batunya
Dukun Cabul Divonis Sembilan Tahun

Tak Bereaksi Dukun Cabul Diringkus Polisi
Berbuat Cabul karena Istri ke Luar Negeri

Dukun Jagal Ahmad Suraji
(Datuk) membantai 42 wanita (Asiamaya.com edisi 9 november 2000): Kematian Bukan Ditentukan Manusia Terpidana hukuman mati, Ahmad Suraji alias Nasib alias Datuk, 47 , warga Jalan Medan-Binjai Km 16, Dusun I Aman Damai Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Deliserdang, mengaku pasrah jika pengajuan PK nya ditolak Mahkamah Agung. ''Saya pasrah. Kematian bukan ditentukan manusia, melainkan di tangan Tuhan,'' ujar Ahmad Suraji kepada Waspada, Rabu (8/11) di ruang Melati-I LP Kelas-I Tanjunggusta, Medan. Pilihan untuk mengajukan PK (Peninjauan Kembali) tersebut diambilnya, setelah Kasasinya ditolak Mahkamah Agung.

Namun Suraji, tetap bersikukuh tidak pernah melakukan pembunuhan terhadap 42 wanita, seperti yang dituduhkan kepadanya. ''Saya terpaksa mengaku, karena selain saya, istri dan anak-anak mendapat perlakuan buruk pihak keamanan.'' Kini, berdasar informasi yang diterimanya, beberapa nama yang disebut ikut terbunuh ternyata masih hidup, yang ternyata tengah bekerja di Malaysia. Artinya, kata Suraji, peristiwa heboh yang terjadi pada 1997 itu, tidak pernah dilakukannya. Karena mengaku tidak bersalah, Suraji yang memiliki tiga isteri (termasuk Tumini, yang dihukum penjara seumur hidup di LP Wanita, red) dan ayah sembilan anak itu, hanya mengajukan PK apalagi berdasar keterangan pengacaranya, ditemukan bukti baru. Namun dia tidak akan mengajukan grasi ke Presiden. Karena menurutnya, jika itu diajukan, secara tidak langsung berarti dia mengaku bersalah.

Tapi jika PK tetap ditolak, dan dilakukan eksekusi hukuman mati, Suraji mengaku pasrah. ''Kematian bukan ditentukan manusia, tetapi di tangan Tuhan.'' Menanggapi permintaan PK tersebut, Kepala LP Kelas-I Tanjunggusta Slamet Martawardaja, BcIP, SH, menyebut wajar, apalagi Kasasi yang diajukannya telah ditolak MA. ''Setiap Napi berhak meng-ajukan PK, baik oleh LP atau secara pribadi,'' katanya sem-bari menunjukkan surat pem-beritahuan penolakan Kasasi tertanggal 22 September 1998. Sedangkan surat Keputusan MA, pihaknya belum pernah menerima, karenanya Suraji belum dieksekusi mati. Suraji dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Lubukpakam 10 Desember 1997.

Sebelum Kasasi, dia banding ke Pengadilan Tinggi, namun ditolak sesuai putusan tertanggal 27 Juli 1998. Terpidana, mulai mendiami LP Kelas-I Tanjunggusta 6 Mei 1998 dari Cabang Rutan Lubuk Pakam. Selama mendiami LP di Blok A Sel-9, menurut Kepala LP, Suraji berkelakuan baik. Sebelumnya, dua terpidana mati kasus Narkoba yakni Ceylo, berkewarganegaraan Thailand dan Cobe, berkewarganegaraan India juga mengajukan PK. ''Namun PK keduanya telah ditolak.'' Sementara Kepala Bidang Pemasyarakatan Kanwil Kehakiman Sumut Marudut Siahaan, BcIP, SH di kantornya Jalan Putri Hijau mengaku belum mengetahui pengajuan PK Ahmad Suraji. ''Kanwil tidak mencampuri urusan Judisial tersebut.''

Dukun Penipu Kena Batunya
(Adil, 23 january 2002)Reporter: Ulil Adil - Solo, Siapa bilang mencari uang itu susah? Buktinya, Jukri, 34 tahun, begitu mudah mendapatkan duit Rp 1,6 juta. Caranya pun tak terlalu mengeluarkan tenaga dan pikiran. Cukup dengan mengaku sebagai dukun! Hanya saja, sepandai-pandai si dukun gadungan menipu akhirnya kena batunya. Belum sempat menikmati hasilnya, uang itu mendadak raib. Secara misterius? Tentu tidak. Melainkan diambil pencopet.

Sialnya lagi, Jukri masih diadukan ke polisi sehingga Jumat lalu diadili di PN Semarang. Sial yang menimpa Jukri itu bermula ketika tiga bulan silam, dirinya butuh duit. Maka dia pun membeli koran. Lho, untuk apa? ''Melihat iklan lowongan kerja,'' cerita Jukri. Namun dalam koran itu, yang paling banyak justru memuat iklan perdukunan yang menjanjikan hal muluk-muluk. Tiba-tiba wajah Jukri berubah cerah. Dalam pikirannya langsung terbersit untuk mengaku sebagai dukun. Maka lelaki itu pun kost di Jl. Tambak Aji, Semarang, dan membuka praktik perdukunan.

Ternyata perhitungannya tepat, tiap hari satu-dua orang berkunjung. Ada yang minta diobati penyakitnya, minta jimat, ada pula yang sekadar berkonsultasi. Sayangnya tamu-tamu Jukri umumnya pelit. Mereka cuma mengucapkan terima kasih setelah diberi sesuatu oleh sang dukun. Kalau pun memberi imbalan, paling Rp 1-2 ribu. Namun Jukri tak patah arang. Biar cepat BEP, lelaki itu memasang iklan di koran menyebutkan dirinya bisa menggandakan uang. Kali ini jurusnya cukup jitu. Begitu iklan dimuat, esoknya datanglah Sarono. Tergiur iming-iming Jukri, tanpa segan-segan dia menyerahkan duit Rp 1,6 juta beserta uba rampe berupa kain putih dan candu. ''Sesampai di rumah, uang ini harus disimpan di lemari,'' perintah Jukri seraya menyerahkan kembali uang Sarono yang telah dibungkus kain putih. Menurutnya, setelah seminggu jumlah uang itu akan berlipat 100 kali. Dengan penuh harap, Sarono pun pulang lantas menyimpan bungkusan itu baik-baik.

Pada saat hampir bersamaan, Jukri tertawa terbahak-bahak. ''Ternyata cari uang itu gampang,'' katanya berkali-kali. Memang, tanpa sepengetahuan Sarono, dia mengambil duit itu dan dikantungi sendiri. Sorenya, dengan menumpang bus kota Jukri bermaksud pergi belanja ke kawasan Simpanglima. Saat itulah sang dukun ketiban sial. Tanpa sepengetahuannya, uang hasil menipu tersebut dicopet oknum penjahat. Terpaksalah dia pulang gigit jari. Namun di perjalanan pikirannya berubah. ''Saya harus dapat gantinya,'' gumam Jukri. Maka dia tidak langsung ke kost, melainkan ke rumah Sarono. Kepada korban, lelaki itu menyarankan agar uang yang digandakan digenapkan sekalian Rp 2 juta. Namun permintaan ini justru membuat Sarono curiga. Dia pun membuka bungkusan kain putih yang sudah dicampur candu dan lempengan kuningan. Ternyata, uangnya sudah lenyap berganti dengan segepok potongan kertas koran. Sejak itulah Sarono sadar telah tertipu, lalu melapor ke polisi. Alhasil seperti diungkapkan di atas, akhirnya Jukri diadili.

Dukun Cabul Divonis Sembilan Tahun Tak Bereaksi
(Pikiran Rakyat edisi 9 November 2001)BANDUNG, (PR).-Hakim Bachtiar Sitompul, SH yang memimpin persidangan dan Jaksa Andi Armasari, SH, dibuat keheranan saat menyatakan vonis 9 tahun tetapi terdakwa Zae Mus (50) tidak memberikan reaksi. Terdakwa Zae Mus (50) hanya terdiam tanpa memberikan reaksi apapun karena tidak mendengar apa yang diungkapkan hakim.Aksi diam yang dilakukan terdakwa dukun cabul dari Kamp. Ciseke Ds. Waluya Kec. Cicalengka, dalam persidangan di Pengadilan Negeri Bale Bandung (PN.BB), kemarin bukan sengaja dilakukan.

Tetapi aksi diam dilakukan karena terdakwa mengalami gangguan pendengaran akibat aksi pemukulan warga saat terdakwa tertangkap.Terhadap sikap terdakwa yang tampak kalem dan tidak bereaksi majelis hakim maupun jaksa penuntut umum (JPU) serta pengunjung dari pihak keluarga korban sempat merasa heran. Bahkan keheranan semakin bertambah saat hakim menanyakan tanggapan terdakwa terhadap vonis yang telah dijatuhkan terdakwa tetap diam bahkan terlihat melongo tanda tidak mengerti.Melihat sikap terdakwa masih terdiam saat vonis dijatuhkan, majelis hakim yang diketuai Bachtiar Sitompul, SH, terpaksa mengulangi lagi perkataannya. "Apakah saudara mendengar apa yang saya katakan, apakah saudara menerima atau merasa keberatan terhadap vonis yang dijatuhkan hari ini," ujar Bachtiar dengan nada suara meninggi.Terhadap pengulangan pernyataan majelis hakim tersebut, tanpa banyak pertimbangan Zae langsung menyatakan menerima. Bahkan dirinya menyatakan merasa tidak berkeberatan menerima vonis 9 tahun dari tuntutan jaksa 12 tahun penjara.

Pernyataan terdakwa menerima hukuman 9 tahun dipotong masa tahanan disambut majelis hakim dengan mengetukan palunya. "Bila kamu benar-benar menerima silakan kamu jalani hukuman dengan sebaik-baiknya semoga dengan hukuman tersebut kamu menjadi jera," ujar Bachtiar mengakhiri persidangan.Hukuman yang dikenai terhadap terdakwa Zae Mus, merupakan buah dari perbuatan terdakwa yang mengakui dirinya sebagai paranormal. Dengan kepiawaiannya terdakwa mengakui dapat menghilangkan kesialan dan memudahkan jodoh serta melipatgandakan uang titipan pasiennya.Namun dalam kenyataannya, dalam menjalankan prakteknya terdakwa bukannya mengobati pasien malah mencabulinya.

Bahkan dua orang pasiennya diperlakukan layaknya sebagai istri.Sebagaimana dalam dakwaan jaksa Andi Armasari SH, aksi perdukunan yang dilakukan terhadap Ita (22) dan Noni (19) (bukan nama sebenarnya) dilakukan Sabtu (14/7) lalu. Dengan dalih akan diberi ilmu agar cepat mendapat jodoh terdakwa memperlakukan keduanya seperti pada istrinya.Perbuatan yang dilakukan pada tengah malam tersebut sebelumnya diawali dengan mandi kembang. Pada saat memandikan keduanya, terdakwa berdalih bahwa pada bibir dan alat kemaluan korban terdapat jarum yang menghalangi keberuntungan dan jodoh, untuk itu harus dicabut.Cara mencabut jarum tersebut menurut terdakwa harus dilakukan dengan membaca beberapa surat yang terdapat dalam Alquran. Setelah itu pencabutan jarum dilakukan dengan menyatukan raga dirinya dengan korban.Baik Ita maupun Noni mengikuti apa yang dianjurkan oleh terdakwa, bahkan saat terdakwa menyetubuhinya.

Kedua korban baru menyadari bahwa dirinya telah tertipu setelah beberapa minggu keduannya tidak mengalami perubahan nasib maupun jodoh.Lain lagi dengan yang dialami oleh korban Ira (24) dan Nur (26) (bukan nama sebenarnya) keduanya menitipkan uang untuk dilipatgandakan. Keduanya merasa percaya karena mendengar kabar bahwa terdakwa dikenal sebagai dukun yang mampu mengubah daun sirih menjadi uang Rp 20 ribuan.

Dukun Cabul Diringkus Polisi

(Bernas edisi 25 oktober 2000)Kendal, Bernas Swn, dukun cabul asal Ngampel, Boyolali yang dijadikan guru spiritual AG, Sekretaris Desa Pager Dawung Kecamatan Gemuh dan ibunya Ny Rub, akhirnya diringkus oleh tim Serse Polres Kendal beberapa hari silam, di kediamannya tanpa perlawanan.Menurut penjelasan Wakil Kasat Serse, Ipda Soeharto, Selasa (24/10) Swn tidak melarikan diri dengan pertimbangan demi menyelamatkan nasib Sekdes dan ibunya, dari amukan pemuda Pager Dawung yang marah karena menduga AG dan Ny Rub, memelihara 'pesugihan' dengan cara mengorbankan 40 perawan.

Semula, sejumlah warga menduga, Swn berasal dari Yogya (Bernas, 11/10).Ditambahkan oleh Soeharto, berdasarkan pemeriksaan awal Swn membantah telah memperkosa puluhan gadis yang diajak oleh Sekdes AG dan ibunya. Dia hanya menyuruh menanggalkan pakaian yang dikenakan. Itupun banyak yang tidak bersedia/menolak. Namun, polisi masih terus mengumpulkan bukti dan para saksi kasus yang menghebohkan warga Pager Dawung tersebut.Kapolres Kendal Supt Drs Anas Yusuf mengatakan, setidaknya sudah ada delapan saksi yang sudah dimintai keterangan dan masih banyak saksi korban lainnya yang bakal dimintai keterangan pula. Hanya saja kendalanya, banyak diantara saksi korban bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri."Begitu mengetahui Swn diamankan di Mapolres, warga Pager Dawung minta agar diizinkan bertemu langsung dengan Swn. Mengingat pertemuan itu tidak ada relevansinya, maka terpaksa tidak saya izinkan.

Lain halnya bila yang ingin bertemu saksi korban maupun keluarganya," jelas Kapolres.Sebagaimana diberitakan, rumah Sekdes dan ibunya, dihancurkan oleh ratusan pemuda setempat. Kemarahan masa dipicu oleh pengakuan sejumlah gadis Pager Dawung yang pernah diajak 'piknik' oleh AG dan Ny Rub. Gadis berusia belasan tahun ini diminta melayani nafsu bejad Swn dan diancam rumah tangganya akan diganggu secara gaib bila menolak melayani. Akibatnya, beberapa korban menderita stres

Berbuat Cabul karena Istri ke Luar Negeri
(Suara merdeka edisi 28 september 2001)PURWOKERTO - Dukun cabul yang menggauli korbannya di rumah orang tua korban, kemarin ditangkap petugas Polsek Gumerlar, Banyumas. Tersangka dukun cabul itu adalah Cartam (50) warga Gumelar. "Profesi dia memang dukun," kata Kapolres Banyumas AKBP Drs Sukamto Handoko.Kasus itu bermula ketika dukun itu diminta Camiarso (55) datang ke rumahnya mengobati anaknya, sebut saja Kembang (15) yang sakit.

Gadis itu sepekan terakhir mengeluh bahwa pinggangnya terasa sakit sekali. Sudah dibawa ke Puskesmas tapi belum juga sembuh.Maka orang tuanya minta bantuan dukun Cartam mengobatinya, beberapa hari lalu dukun itu berhasil mengobati seorang tetangganya dengan keluhan hampir sama. Pengobatan yang dilakukan Cartam dilakukan dua kali.Tahap pertama, Kembang diberi ramuan minuman setelah diberi mantra dengan membakar kemenyan serta membakar keris di kamar tidur gadis itu. Dalam setiap pengobatannya, Cartam membuat syarat tidak ada orang lain yang boleh masuk ke kamar saat pengobatan tengah berjalan.Dalam pengobatan pertama, berjalan mulus, dan gadis itu menyatakan sembuh. Dua hari kemudian dukun datang lagi menanyakan apakah sakitnya masih ada. Ketika dijawab sudah sembuh, dukun mengatakan bahwa jika tidak dituntaskan penyakitnya datang lagi.

Maka gadis itu diobati lagi dalam kamar yang terkunci dari dalam pada malam hari. Pengobatan yang berlangsung tiga jam. Karena keluarga Kembang curiga, maka mengintip lewat jendela. Kakak kandung Kembang melihat bahwa Cartam sedang berbuat tidak wajar.Mengetahui perbuatan itu, pintu kamar didobrak. Warga setempat segera menghubungi polisi dan menangkap pelakunya. Sepeda motor milik dukun itu dibakar massa, namun dukunnya berhasil dievakuasi ke Polsek.Ketika diperiksa dia mengaku terus terang perbuatannya. Cartam melakukannya karena sudah lama tidak berhubungan setelah ditinggal pergi istrinya ke luar negeri sebagai pembantu rumah tangga.Sukamto Handoko mengatakan, kasus pemerkosaan selama September ini cukup tinggi. Dalam kurun waktu dua pekan telah terjadi tiga kasus pemerkosaan. Pertama kasus pemerkosaan yang terjadi di Bumi Perkemahan Kendalisada, kedua kasus di sebuah SD Purwonegoro, Purwokerto Utara dengan pelaku enam orang pelajar dan kasus Cartam ini.

Read More..

Salah Siapa


Banyak persoalan terungkap dalam lokakarya, seminar dan diskusi yang dilakukan LSM dan pemerintah yang tidak jauh dengan persoalan sosial, pemerintah dan politik. Mulai dari belum optimalnya pengarusutamaan gender, keterwakilan 30 persen perempuan di lembaga legislatif hingga cara-cara mafia menjerat korbannya dibeber secara blak-blakan.

Tak heran ditelorkan rekomendasi agar pers, LSM dan Ormas yang peduli dengan Gender dan perdagangan perempuan dan anak, melakukan presure berupa aksi demo damai ke lembaga peradilan agar menjerat dan memutus hukuman yang setimpal bagi para pelaku trafficking. “Jujur saja banyak kasus trafficking yang terungkap namun hanya 1-2 yang berhasil disidang ke pengadilan. Itupun diputus sangat ringan dan tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat,” kalau dilihat dan ditinjau lebih jauh bahwa penghasilan dikampung halaman sendiri lebih besar ketimbang harus jauh melangkah, hanya saja anak-anak zaman sekarang pada gengsi dan malas bekerja yang sifatnya harus memeras tenaga, kalau disekolahkan banyak yang putus ditengah jalan.

Banyak ocehan dan gunjingan yang didengar baik dimedia masa, elektronik dan sanak family agar orang tua untuk selalu waspada terhadap anak gadisnya jika ditawari pekerjaan ke luar daerah dengan iming-iming gaji besar. Keduanya juga menambahkan pentingnya pengembangan diri melalui peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) agar tidak mudah ditipu para mafia. Tapi banyak juga orang tua yang justru melakukan hal ini, apakah tergiur karena hasil atau desakan ekonomi yang semangkin hari semangkin mengsengsarakan.

“Rata-rata korban trafficking akibat minimnya pengetahuan dan alasan ekonomi sehingga mudah terbujuk mafia, “Dulu bahasa anak durhaka pada orang tua, apakah diiyakan jika ada ortu yang menjual anak demi kepentingan sesaat dikatakan durhaka”, selagi kita bisa mengingatkan baik sebagai teman, ortu dan family agar jangan sampai salah langkah sehingga tidak ada kasus dan permasalahan yang menimpa anak bangsa kita secara tidak wajar. sebenarnya ini salah siapa, pemerintah, orang tua atau sianak???

Read More..

Dewasa Yang Mengkuatirkan


Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orangtua tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi remaja, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan semangat dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.


Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.



Bukan itu saja, pada masa ini kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Oleh karena itu, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Sedangkan, pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.



Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua dan kemudian mereka pacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat. Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah fihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya dengan orangtua.


Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis dimasa kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan yang sesuai dengan Buddha Dhamma. Sang Buddha telah memberikan pedoman untuk bergaul yang tentunya juga sesuai untuk pegangan hidup para remaja. Mereka hendaknya dididik selalu ingat dan melaksanakan Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis atau lima latihan kemoralan ini adalah latihan untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan dan mabuk-mabukan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.

Read More..

Sabtu, 10 Mei 2008

Laptop Masuk Sekolah


Teknologi dapat digunakan, tetapi hanya akan betul bermanfaat setelah hal-hal (misalnya manajemen) yang lebih penting sudah diatasi duluan. Implementasi teknologi di bidang pendidikan perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan terhadap semua aspek pengembangan pendidikan secara seimbang (bukan secara proyek).

Sering pengumuman yang muncul di media mengenai teknologi di arena pendidikan kelihatannya kurang menilaikan penelitian dan pengalaman di dunia pendidikan. Kasus-kasus teknologi dan pendidikan tertentu kelihatannya juga diankat sebagai solusi umum. Padahal ada isu-isu yang penting dan perlu dihadapi duluan misalnya:
Sekolah tak Bisa Tangkal Situs Porno, yang perlu SDM di tingkat sekolah yang sangat bermutu dan rajin.

Memang kita wajib untuk mencari solusi yang kreatif, tetapi kita juga wajib untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang ada di dunia supaya kita tidak hanya mengulangkan kegagalan negara lain. Apakah, karena makin banyak siswa-siswi sekarang main Internet di warnet daripada menggunakan waktunya di rumah untuk mengulang pelajaran dari sekolah dan mengerjakan PRnya ini sebagai salah satu sebabnya hasil dari pendidikan.Ujian Nasional (UN)kelihatannya menjadi lebih buruk?

Sebaiknya pemerintah tetap fokus untuk meningkatkan hal-hal mutu pendidikan di sekolah. Masih banyak masalah yang sangat dasar di tingkat sekolah. Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi, jangan sampai gur-guru tidak diperhatikan oleh pemerintah yang sangat menyebelahkankan pemberdayaan yang merupakan periuk bagi kaum pejuang tanpa jasa ini. yang Diimplementasikan secara baik adalah solusi utama untuk menyiapkan anak-anak kita untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan.


Read More..

Selasa, 06 Mei 2008

Kata Hati

Bila ada cahaya didalam jiwa, ada kecantikan didalam pribadi. Bila ada kecantikan didalam pribadi, ada harmoni didalam rumah. Bila ada harmoni didalam rumah ada ketertiban didalam Negara. Bila ada ketertiban didalam Negara maka akan ada kedamaian didalam dunia

Kami mengetahui segala yang perlu kita ketahui untuk mengakhiri penderitaan jiwa yang tidak perlu, yang saat ini banyak merundung banyak orang, harga diri yang tinggi serta efektifitas pribadi tersedia buat setiap orang yang bersedia meluangkan waktu untuk meraihnya.

Siapa diriku sudah cukup baik apabila aku menjadi diriku sendiri dengan terus terang.

Barangkali pelayanan masyarakat paling mulia yang dapat disumbangkan siapapun pada negeri dan kemanusiaan adalah mengasuh keluarga.

Belajar adalah menemukan apa yang sudah anda ketahui, melakukan adalah memeragakan bahwa anda mengetahuinya, mengajar adalah mengingatkan orang-orang lain bahwa mereka mengetahuinya sebaik anda. Anda adalah pelaku dan guru

Hambatan – hambatan adalah hal-hal menakutkan yang anda lihat ketika anda melepaskan tatapan mata anda dari tujuan anda.

Perbedaan mendasar antara orang biasa dan pejuang adalah bahwa pejuang menggangap segala hal sebagai tantangan, sedangkan orang biasa segala hal sebagai berkah atau kutukan.

Pengalaman bukanlah apa yang terjadi pada seseorang, pengalaman adalah apa yang dapat dilakukan seseorang terhadap apa yang terjadi padanya.

Kehidupan ini adalah suatu ujian, ini tak lebih dari suatu tujuan. Andaikata ini adalah suatu kehidupan sesungguhnya niscaya anda sudah menerima instruksi-instruksi lanjutan tentang mana arah yang mesti dituju serta yang mesti dilakukan.

Read More..

Kamis, 10 April 2008

12 ciri insan jadi sahabat



Bapak dan ibu adalah orang yang paling bahagia dengan keberhasilan anak selama bertahun-tahun bergelut didunia pendidikan. Tidak kurang juga yang merasa bimbang kehidupan baru yang bakal ditempuhi anak dikemudian hari. Kini anak seorang diri menimba ilmu dengan kehidupan dengan kawan baru. Mereka bimbang anak tidak dapat menyesuaikan diri dan mungkin salah pergaulan serta memilih teman.

Oleh karena itu kita berhati-hati dalam memilih siapa yang harus dijadikan sahabat. Kehidupan setiap manusia memerlukan seseorang untuk dijadikan sahabat. Tidak ada sesiapa pun yang mampu hidup tanpa mempunyai kawan, Pilihan yang bijak bukan sekadar ketika ingin mendirikan rumah tangga, tetapi juga dalam memilih sahabat. Apakah ciri-ciri seorang sahabat yang baik? Kadang orang tua berpesan kepada anak lakinya. Untuk itu ada kiat tertentu sebagai tolak ukur kita memilih seorang sahabat, yaitu :
1) Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu
2). Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan membalas

balik persahabatan kamu
3). Jika engkau memerlukan pertolongan daripadanya, dia akan

membantu kamu
4). Jika engkau menghulurkan sesuatu kebaikan kepadanya, dia akan

menerimanya dengan baik
5). Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripada kamu,

dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu
6). Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik daripada kamu, dia akan
menutupnya
7). Jika engkau meminta bantuan daripadanya, dia akan

mengusahakannya
8). Jika engkau berdiam diri (kerana malu hendak meminta), dia akan

menanyakan kesusahan kamu
9). Jika datang sesuatu bencana menimpa dirimu, dia akan meringankan
kesusahan kamu
10). Jika engkau berkata kepadanya, nescaya dia akan membenarkan

kamu
11). Jika engkau merancangkan sesuatu, nescaya dia akan membantu

kamu
12). Jika kamu berdua berselisih faham, nescaya dia lebih senang

mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan.

Orang yang setiap masa bekerja untuk keperluan kamu. Sanggup mengorbankan segala-galanya untuk kepentingan kamu." Ada juga yang berpesan: "Sesiapa yang suka berkawan, tetapi tidak suka melebihkan kawan daripada diri sendiri, maka lebih baik dia berkawan dengan ahli kubur!". Marilah bersama-sama kita periksa diri masing-masing apakah layak menjadi sahabat sejati atau hanya layak menjadi kawan kepada ahli kubur. Siapakah sahabat paling rapat yang pernah kita miliki? Bagi seorang anak, sahabat yang paling rapat adalah orang tua, anak adalah sahabat yang paling akrab dengan mereka.

Bagi seorang isteri, suami adalah sahabatnya dan begitu juga bagi suami, isteri adalah yang sepatutnya menjadi sahabat karib mereka. Cuma persoalannya di sini, selepas kita mengetahui akan ciri-ciri seorang sahabat dan siapakah sahabat akrab kita, apakah sudah terlaksana persahabatan itu? Sudahkah kita menjadi sahabat kepada anak dan kedua orang tua kita? Seorang remaja memilih remaja lain sebagai sahabatnya dan seorang bapak pula memilih bapak lain sebagai sahabatnya. Sebenarnya, bukan kita tidak boleh memilih orang lain untuk menjadi sahabat, tetapi perlulah bijak memilihnya. Jangan salah pilih.

Sahabat yang baik umpama penjual kasturi, yang mana wanginya akan tetap terpercik kepada kita, namun sahabat yang jahat akan membalik kejahatan itu kepada kita. Jadilah insan yang bijak dalam memilih orang yang boleh dijadikan sahabat.

Read More..

Pendidikan Agama Kunci Kekuatan Remaja



Persoalan mengenai remaja banyak diperdebatkan. Malangnya, hampir setiap pembicaraan isu remaja hanya berkisar masalah keruntuhan akhlak dan moral. Isu lain yang lebih penting kurang diberi perhatian. Semua isu ini mendominasi remaja hingga kita tidak nampak lagi kebaikan golongan itu.

Sebaliknya, masyarakat seakan-akan lupa untuk menyalurkan simpati dan keprihatinan dalam menangani masalah remaja. Kita lebih senang membiarkan masalah remaja ditangani oleh ibu bapa mereka sendiri. Keadaan ini berlaku kerana menganggap itu masalah pribadi sebuah keluarga dan sepatutnya diselesaikan oleh keluarga sendiri. pembangunan remaja saat ini adalah agenda penting yang perlu diberi perhatian serius oleh semua pihak. Sebuah Negara akan runtuh dan tercoreng dimata dunia.


Hampir semua isu keruntuhan moral bertitik-tolak kepada kepincangan didikan agama. Kecanggihan perkembangan teknologi yang melampaui batasan, muzik yang melalaikan serta sosio seksual di luar kendali. Sebenarnya, kemelut yang melanda remaja berpuncak dari kepincangan didikan agama dan moral. Masalah ini bukan saja melanda remaja, namun merambak didalam keluarga dan masyarakat.

Kegagalan keluarga memainkan peranan sebagai ‘role model’ (teladan) yang semangkin menyeret remaja jauh terpisah dari kebenaran dan kesadaran. Kegagalan keluarga, masyarakat dan pemerintah menangani isu remaja merupakan runtuhnya regenerasi pembangunan bangsa dan negara tercinta ini, jika hal ini dianggap sepele. Sehingga kita harus memulai dari hal yang kecil dilingkungan keluarga , masyarakat agar tdak terjebak kedalam masalah sosial yang tidak baik.

Andainya masyarakat melihat remaja sebagai aset negara pada masa depan pasti mereka tidak akan menyeret mereka kekebinasaan. Mereka sepatutnya berusaha menghapuskan gejala sosial yang melanda masyarakat dan negara.

Read More..

Rabu, 02 April 2008

Pluralisme dan Kerukunan yang Semu

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat plural agama dan budaya. Jumlah pemeluk agama menunjukkan angka kuantitatif yang sangat mengesankan. Demikian pula tempat peribadatan jumlahnya meningkat tajam menjadi lebih dari 660 ribu buah. Jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun juga meningkat. Fakta ini membuktikan agama selain telah menyejarah, juga telah membudaya dan melembaga. Meskipun Indonesia bukan negara agama, tapi realitas masyarakat yang agamis menjadikan negara berkepentingan terhadap terciptanya tata kehidupan beragama yang berkualitas, harmonis dan toleran. Meskipun demikian, sebelum tahun 2000, agama sering diletakkan dalam posisi yang tidak proporsional.

Agama dieksploitasi dan dijadikan alat legitimasi politik dan kekuasaan. Intervensi negara terhadap agama telah memunculkan ketegangan-ketegangan mubazir antara negara dan masyarakat agama di satu sisi dan antara masyarakat agama yang satu dan masyarakat agama yang lain. Eksploitasi dan intervensi tersebut juga berakibat pada lahirnya ekspresi keagamaan yang timpang dan destruktif. Kemajemukan agama perlu mendapatkan perhatian serius, karena sangat potensial memicu konflik dan memunculkan disintegrasi. Program pluralisme dalam bentuk kerukunan antarumat tampaknya masih sebatas wacana intelektual dan politis. Pentingnya dialog dan hubungan harmonis umat beragama belum mampu menyentuh kesadaran kolektif masyarakat dan masih sebatas wacana formal. Indikatornya masih rentannya masyarakat agama terhadap isu-isu agama dan SARA serta masih maraknya konflik agama. Partisipasi kaum agama dalam menyelesaikan konflik sosial juga belum berada dalam level aliansi aksi dan konseptual strategis. Mereka lebih sering berpidato dari pada beraksi, apalagi terlibat dalam penelitian mengenai pluralisme dan kedamaian sosial. Karena itu mereka lebih banyak mengkambinghitamkan sebuah fenomena tanpa memberi solusi konkrit dan jauh dari pendekatan empatik.

Sangat memilukan, masyarakat yang relijius sedang terpuruk dalam himpitan krisis dan terbelakang. Pembangunan nasional yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas terbukti telah meruntuhkan sendi-sendi moral dan etika. Kenyataan ini sudah sewajarnya dibaca sebagai kegagalan pembangunan di bidang etika dan budaya. Agama yang seharusnya memberikan sumbangan tidak mampu memberikan landasan etis bagi penciptaan manusia berbudi luhur. Ajaran agama sering dipisahkan dari kepedulian sosial dan lingkungan. Solidaritas sosial, dialog lintas agama belum mewarnai budaya masyarakat. Dengan demikian dialog tentang pluralisme tidak pernah mengalami kadaluwarsa. Kontrol sosial demikian melemah dalam sosio-relijus budaya kita karena elite terlalu menyatu dengan kekuasaan serta umat terbiasa dalam ketidakjelasan dan budaya pasif. Kontrol sosial yang lemah pada dasarnya juga diakibatkan oleh ketidakseimbangan pemahaman ajaran hubungan vertikal dan koneksi horizontal. Karena ajaran yang terakhir tidak populer maka masyarakat kita sudah terkondisi dalam tradisi dan suasana yang membiarkan korupsi melembaga. Penyebab korupsi total dan sistemik ini di antaranya disebabkan penghayatan agama yang lebih mementingkan seremoni di atas substansi dan fungsi, ritual di atas kekhusyukan pribadi, serta kesalehan pribadi di atas kesalehan sosial dan kelaparan rakyat. Dengan kata lain masih tampak jelas fenomena keberagamaan yang sering memilah-milah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, serta berekonomi. Dasarnya dikategorikan :

1. Lemahnya posisi masyarakat, menipisnya percaya diri, dan menguatnya tribalisme baru serta kelompok status quo. Dalam konteks ini perlu direnungkan ucapan Adam Michnik, pemimpin gerakan solidaritas Polandia, yang mengungkapkan realitas setelah the first flush of euphoria di Polandia, persis suasana “ngemaruki” dalam dunia politik Indonesia setelah Orde Baru.

2. Kultur bisu, serta memudarnya kritisisme masyarakat yang mengakibatkan konsep kontrol belum berjalan fungsional. Hal ini dikarenakan sistem nilai yang cenderung pasif dalam dimensi politik dan budaya.

3. Budaya kekerasan, menghakimi sendiri sudah melembaga. Budaya lisan dan tangan agaknya lebih dominan dari “budaya mata dan telinga.” Di negeri ini kebiasaan memukul bisa ditemukan di mana-mana. Sangat berbahaya jika budaya ini dicoba pencarian justifikasinya dalam sandaran agama. Agaknya di negara ini, kekuatan tangan untuk memperingatkan orang lain, lebih sering ditempuh dari peringatan melalui dialog dan akal sehat. Barangkali karena filsafat individualisme yang berkembang di Barat, hak-hak seseorang sangat dijunjung tinggi. Sebaliknya karena pengaruh budaya collectivism, “mangan ora mangan kumpul” posisi individu sering tidak terperhatikan dan nyawa semakin menjadi murah. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat ternyata sering belum menjangkau kehidupan sosial sehari-hari karena keselamatan mereka masih sering terancam.

4. Sikap feodal yang merupakan warisan keraton dan penjajah masih ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Mengingat kolonialisme dan keratonisme sudah mengakar, beberapa aspek negatif terwarisi. Feodalisme membudaya, demokratisasi terhambat. Padahal demokrasi secara fungsional seharusnya menjadi kosa kata rakyat kecil bukan milik politisi wakil rakyat yang takut sama rakyat, sebagaimana tulisan ahli politik Amerika Diane Ravitch.

Read More..

Budaya Kolektif

Orang Dayak berpandangan bahwa alam ini adalah rumah bersama bagi semua makhluk, termasuk makhluk-makhluk yang tidak kelihatan. Karena itu, manusia tidak boleh memonopoli alam untuk kepentingan manusia semata. Atas prinsip inilah, unsur-unsur alam yang berseberangan dengan kepentingan manusia tetap harus diberi tempat untuk eksis.

Makhluk-makhluk yang biasanya mengganggu kehidupan manusia seperti setan dan hantu juga diberi makan bilamana ada ritual yang berhubungan dengan hal tersebut diadakan. Harap diingat, bahwa memberi makan setan atau hantu tidak sama dengan ‘menyembah’ setan atau hantu; sama seperti jika kita memberi makan ayam, tidak berarti menyembah ayam. Intinya adalah, hubungan yang harmonis dengan semua unsur alam harus dipertahankan dengan memperlakukan semuanya secara proporsional dan adil, tidak dengan cara diskriminatif. Sebab semua yang ada di alam merupakan ciptaan Yang Maha Kuasa. Jika Yang Maha Kuasa saja memberi kesempatan bagi semua makhluk, apalagi manusia.


Prinsip kebersamaan dalam budaya Dayak ini tidak main-main. Ada pepatah Dayak yang mengatakan, ‘Anjing saja diberi makan, apalagi manusia’. Ada juga pepatah lain yang mengatakan, ‘Sesama saudara diajak makan, tamu diberi beras’. Maksudnya adalah penghormatan terhadap keberadaan manusia seperti apa adanya. Seorang tamu yang belum diketahui secara persis latar belakangnya, mungkin memiliki cara-cara makan yang berbeda dengan orang Dayak sehingga memberikan ‘bahan makanan’ dianggap sebagai keputusan yang paling bijaksana agar sang tamu dapat mengolah makanan dengan cara yang sesuai dengan keadaannya. Semangat kebersamaan orang Dayak itu secara efektif dapat pula kita lihat dalam berbagai perang antaretnis yang terjadi di Kalimantan.

Dalam kondisi geografis yang terpencar-pencar di pedalaman serta sarana komunikasi dan transportasi yang sangat tidak memadai, orang Dayak dengan mudah berkumpul. Mangkok Merah yang sering dipublikasikan sebagai sarana komunikasi orang Dayak itu, bukan merek handphone. Ia cuma sebuah mangkuk dengan beberapa tetes darah ayam, sepuntung rokok, selembar bulu ayam, dan secarik daun kajang yang biasa dipakai sebagai bahan untuk membuat atap rumah. Mangkuk itu diedarkan dari kampung ke kampung dengan berjalan kaki dan berlari, bukan melalui pesan e-mail. Dengan cara itu, orang Dayak sudah akan berkumpul secara cepat dan dalam jumlah yang fantastis.

Read More..

Budaya Rumah Panjang



Seandainya budaya rumah panjang orang Dayak tidak dihancurkan dan dibiarkan hancur menjelang akhir 1960-an dan awal 1970-an, perang antaretnis yang marak belakangan ini akan lebih mudah dicarikan solusinya. Setiap rumah panjang yang terdiri dari puluhan KK itu (ada yang ratusan juga), memiliki seorang pemimpin atau Tuan Rumah. Peranan Tuai Rumah tidak seperti Kepala Adat sekarang yang dijadikan bawahan Kepala Desa (Gabungan) dan mengantongi SK dari bupati, meskipun di banyak tempat usaha ini tidak selalu efektif untuk memorak-porandakan kepemimpinan beberapa kepala adat yang ada.

Tuan Rumah adalah pemimpin sejati yang berurat-berakar di komunitasnya, Komunitas Rumah Panjang. Ia memiliki akses terhadap aktivitas semua anggota komunitasnya termasuk apa yang mereka rasakan, inginkan, dan ekspresikan. Tindakan seorang warga komunitas pastilah diketahui oleh Tuan Rumah dan omongan Tuai Rumah didengarkan oleh warganya. Sangat kontras dengan omongan para tokoh adat sekarang yang kebanyakan tidak dihiraukan oleh komunitasnya.

Warga komunitas rumah panjang yang bergerombol atau berkumpul dengan tujuan untuk melakukan sesuatu pun pasti sepengetahuan Tuan Rumah. Jadi, legitimasi kepemimpinannya jelas sehingga orang Dayak tidak mesti mencari-cari pemimpin lain seperti para panglima yang menjadi gejala umum sekarang (dan mulai menular ke etnis lainnya). Aparat keamanan dan para penegak hukum pun tidak usah repot-repot mencari provokator atau dalang, jika sesuatu terjadi.

Agar dapat melestarikan nilai-nilai budaya rumah panjang tersebut, dibutuhkan lingkungan fisik dan sosial yang mendukungnya. Rasa kebersamaan, saling percaya, dan semangat solidaritas yang sangat kuat dalam komunitas rumah panjang tidak bisa dibangun dari pintu ke pintu rumah warga yang tunggal seperti sekarang di bawah koordinasi Pak RT. Sebab untuk berkumpul dalam sebuah pertemuan saja, orang Dayak sekarang menuntut diberi surat undangan resmi dan tertulis, jika tidak, banyak di antara mereka tidak mau datang karena malu merasa tidak diundang. Jadi, budaya rumah panjang menjamin adanya akses komunikasi yang efektif dan kepemimpinan yang jelas. Dua aspek ini sangat penting dalam proses penanganan sebuah konflik yang sedang terjadi.

Read More..

Kamis, 13 Maret 2008

Panorama Kampungku

Desa Sompak pada akhir tahun 2007 dimekarkan menjadi sebuah kecamatan baru sebelumnya merupakan kecamatan atministratif ”Kecamatan Mempawah Hulu” yang terdiri dari 12 Desa dengan jumlah penduduk 2.278 jiwa. Sejarah pembentukan Kecamatan baru ini penuh dengan dinamika saat penentuan posisi ibu kota kecamatan, dimana ketegangan antara penduduk Sompak dan Pakumbang sempat memanas, menyebabkan transportasi putus akibat jembatan penghubung kedua desa dirusak.

Desember 2007 telah terjadi suksesi pada tingkat Desa, dimana telah dilakukan pemilihan Kepala Desa secara langsung dengan tiga calon kandidat yang dimenangkan saudara Adrianus Kiting. Suhu politik lokal cukup memanas dan terjadi pengkotakan dikomunitas, karena karakter penduduk setempat tergolong keras mempertahankan kepentingan masing-masing.

Sompak sendiri dapat di jangkau dari tiga arah, melewati kecamatan Mempawah Hulu, Kecamatan Darit dan Kecamatan Mandor ”Lewat Desa Sebadu” dapat dilalui kendaraan roda empat dan dua degan kondisi jalan yang beraspal, sebagai kecamatan baru, sarana infrastruktur layaknya kecamatan masih terus dibenahi. Dan ini merupakan perjuangan yang berat masyarakat dan camat sendiri ”Drs. Benipiator” yang berasal dari desa pakumnag.

Penduduk Sompak pada umumnya orang Dayak dan sebagian kecil saja etnis lain seperti tionghoa, melayu dan jawa. Mata pencharian setempat pada umumnya bertani, menyadap karet pengusaha dan PNS. Sistem pertanian masyarakat sudah mengarah pada sistem pertanian modern, sehingga dapat panen dua hingga tiga kali setahun, dengan menggunakan alat pengolahan lahan (sawah khususnya) traktor. Dengan penggunaan pupuk berbasis kimia sintetik cukup tinggi.

Disamping menanam padi dan palawija, karet juga menjadi penopang ekonomi yang utama sehingga tidaklah heran apabila dijumpai banyak tanaman ini baik jenis lokal maupun unggul. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat masih menerapkan sistem perladangan, dimana selesai panen lahan ditanami dengan tanaman karet. Kendati demikian tingkat kemiskinan masih cukup tinggi apalagi di wilayah pedalaman kecamatan baru ini sarana infrastruktur penunjang belum memadai walaupun Kecamatan Sompak dicangkan Pemerintak Kabupaten Landak sebagai Lumbung Padi. Di seputar ibu kota kecamatan kondisi kehidupan masyarakat relatif baik, Ternak yang dipelihara masyarakat bervariasi, mulai dari ayam, babi hingga sapi semuanya dijadikan tabungan keluarga, selain untuk dikonsumsi sendiri.

Ada juga komunitas yang berprofesi sebagai pengusaha, pada umumnya mereka berdomisili di ibu kota kecamatan, sebagai pedagang, usaha meubel, jasa bengkel, warung kopi, dan beberapa rumah makan. Pegawai Negeri Sipil pada umumnya guru, pegawai Puskesmas dan pegawai kantor kecamatan.

Puskesmas sudah ada di desa Sompak sebelum menjadi kecamatan, demikian pula sarana pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan SMU. Animo ”minat” masyarakat terhadap pendidikan cukup memuaskan walaupun di satu sisi banyak juga usia putus sekolah. Kebanyakan kaum muda enggan tinggal di kampung. Pada umumnya mereka mencari kerja ke kota, bahkan ada yang ke Malaysia sebagai TKI. Dari sekian banyak TKI yang paling besar adalah kaum hawa. ada cukup banyak perempuan. Pada umumnya alasan kerja di luar wilayah adalah alasan-alasan ekonomi walau ada juga yang beralasan mencari pengalaman baru.

Sementara agama yang berkembang di wilayah ini pada umumnya Katolik, Protestan, dan sedikit komunitas Muslim. Bahkan di beberapa tempat ( Sompak, Galar, ) dijumpai penganut agama yang berbeda. Kendati demikian tingkat toleransi cukup tinggi. Dalam perayaan hari Raya keagamaan, walaupun di antara mereka sendiri terjadi persaingan karena fanatisme pada keyakinan masing-masing. Faktor kekeluargaan sampai saat ini masih menjadi penguat solidaritas mereka.

Walaupun komunitas sudah menganut agama, tetapi adat istiadat masih cukup kental mewarnai kehidupan komunitas. Ritual dari adat pertanian (bauma ba' tahutn) dari memohon petunjuk (baburukng) sampai upacara syukur (Naik Dango) masih dilakukan. Proses kehidupan sosial bermasyarakat masih diikat oleh nuansa adat. bahkan kehidupan secara personal mulai dari dalam kandungan sampai meninggal semuanya disyratkan dengan nuansa adat. Bahwa hubungan antara manusia dengan roh leluhur masih dipelihara, hal ini terlihat dari adanya tempat-tempat keramat yang memiliki fungsi masing-masing dan dilindungi.

Radio Komunitas, yang di fasilitasi YPB pada periode lalu perkembangannya cukup pesat. Alat ini cukup banyak membantu masyarakat untuk saling berkomunikasi. Studio Radio Komunitas menjadi tempat mereka saling bertemu. Keterbatasan kapasitas baik sumber daya pendukung siaran maupun sumber daya manusianya menjadikan Radio ini belumlah maksimal menjalankan fungsinya. Tetapi setidaknya Radio, dengan seluruh keterbatasannya sudah memberi kontribusi positif pada perkembangan masyarakat di sekitar wilayah yang terjangkau. Menjadi salah satu sarana hiburan alternatif.

Read More..

Pendidikan Agama Bekal Pergaulan Anak


Persoalan mengenai remaja banyak dibincangkan. Malangnya, hampir setiap pembicaraan isu remaja hanya berkisar masalah keruntuhan akhlak dan moral. Isu lain yang lebih penting kurang diberi perhatian. Semua isu ini mendominasi remaja hingga kita tidak nampak lagi kebaikan golongan itu.

Sebaliknya, masyarakat seakan-akan lupa untuk menyalurkan simpati dan keprihatinan dalam menangani masalah remaja. Kita lebih senang membiarkan masalah remaja ditangani oleh ibu bapa mereka sendiri. Keadaan ini berlaku kerana menganggap itu masalah peribadi sebuah keluarga dan sepatutnya diselesaikan oleh keluarga sendiri. pembangunan remaja saat ini adalah agenda penting yang perlu diberi perhatian serius oleh semua pihak. karena merupakan ancaman bangsa dan negara.

Hampir semua isu keruntuhan moral bertitik-tolak kepada kepincangan didikan agama. Kecanggihan perkembangan teknologi yang melampaui batasan, muzik yang melalaikan serta sosio seksual di luar kendali. Sebenarnya, kemelut yang melanda remaja berpuncak dari kepincangan didikan agama dan moral. Masalah ini bukan saja melanda remaja, namun merambak didalam keluarga dan masyarakat.

Kegagalan institusi keluarga memainkan peranan sebagai ‘role model’ hasanah (teladan) yang semangkin menyeret remaja jauh terpisah dari kebenaran dan kesedaran. Kegagalan masyarakat dan pemerintah menangani isu remaja merupakan runtuhnya regenerasi pembangunan bangsa dan negara tercinta ini, jika hal ini dianggap sepele. Sehingga kita harus memulai dari hal yang kecil dilingkungan keluarga , masyarakat agar tdak terjebak kedalam masalah sosial yang tidak baik.

Read More..

Rabu, 12 Maret 2008

Potret Desa dan Kehidupan Sahabatku


DI sebuah desa terpencil yang sangat ramah penduduknya lahirlah seorang anak bernama A’en, desa ini berjumlah 56 KK dengan mata pencharian sehari-hari penduduk bertani dan menyadap karet untuk kebutuhan hidup, walaupun begitu banyak juga anak-anak dari desa ini yang berhasil merantau dan mengenyam pendidikan.

Jarak tempuh dari desa kepusat kecamatan 8 km dengan keadaan jalan yang setengah beraspal dan pengerasan. Ae’n nama kesanyangan yang diberikan kedua orang tuanya, waktu berumur 6 tahun ia sudah duduk dibangku sekolah dasar. Ia sangat senang bermain bola kaki, petak umpet dan berlarian dipematang sawah yang belum ditanam padi dengan teman sebaya, teman sepermainan a’eni nawi, katutok, mandus pero, lambuk, membeng dan yang lainnya. Walau usia yang tergolong anak-anak ia menjadi jempolan orang tua. sebelum pajar tengelam yang menandakan akan berakhirnya pekerjaan orang tua. Namun kedua orang tua ae’n tidak merasa repot melakukan pekerjaan lagi dirumah karena sudah dilakukan sianak : seperti menyapu, mencuci piring, menanak nasi, memberi makan hewan piaraan serta memandikan siadik yang masih kecil.

Setelah tamat Sekolah Dasar a’en melanjutkan di SLTP I Menjalin, waktu sekolah ae,n tinggal dengan pamannya ( sanusi ), karena a’en anak yang rajin sehingga pekerjaan dirumah pamanya kerap dilakukan sampai akhirnya ia tamat sekolah. keuletan dan kegigihannya a’en untuk sekolah tinggi sekali, dan diputuskan untuk melanjutkan sekolah di SLTA Santo Paulus Nyarongkop. Selesai tamat SLTA a,en menjalin hubungan dengan seorang gadis cantik sebut saja namanya Erna marta yang berasal dari desa lamoanak, ia harus berpisah selama tiga tahun karena a’en harus mendekam selama tiga tahun, tapi bukan penjara lho..., asrama tempat a’en tinggal sangat ketat dan disiplin karena asrama bineka nyarongkop yang diasuh oleh Br. Chimes, hanya waktu libur panjang saja bisa melepas rindu dengan keluarga dan sang pacar pada waktu itu masih duduk dibangku sekolah SLTPN I Menjalin. Perpisahan selalu menyelimuti hubungi mereka karena waktu a’en tamat SLTA langsung melanjutkan study di perguruan tinggi yaitu Faklutas Hukum Pontianak keduanya tidak sesulit dulu untuk bertemu apalagi setelah sang pacar tamat sekolah langsung mendapatkan pekerjaan dirumah sakit bersalin Harapan Anda. Keberadaan sang pacar dipontianak semangkin mengakrabkan kembali hubungan mereka, hingga sampai kejenjang pernikahan pada tahun 1998 setelah a’en menyandang gelar sarjana (SH), pernikannya diberkati di Gereja Santo Petrus dan Santo Paulus oleh pastor Erwin OFM Cap.

Setelah memulai kehidupan baru mereka tidak lagi hidup satu atap dengan kedua orang tua, hari demi hari mereka lalui dengan penuh harapan agar hidup tidak selalu merepotkan kedua orang tua maka mereka membuka usaha warung kopi dipasar menjalin yang digeluti oleh istri tercinta dengan segala suka dan duka yang dialami, sedangkan kegiatan sehari-hari a’en bergelut dilembaga Yayasan PAHAR sekaligus salah satu pendiri yayasan, bergerak dibidang pemberdayaan hak perempuan adat dan rekonsiliasi sosial, sebelum bergabung di Yayasan Pangingu Binua beliau dikontrak selama 6 bulan dilembaga LPAGAR sebagai staff program SPDKK ( Sistem Peringatan Dini Kekerasan Komunal), khusus dikabupan Landak. Ketika masa kontrak beraskhir a’en bergabung di YPB sebagai staff even organizer awal 2008. aktif diorganisasi kelompok kerja masarakat adat (POKJA) dibawah naungan Dewan Adat Kecamatan, membentuk program kerja SOLOK BINUA dimenjalin.

Solok binua atau birisatn binua adalah pungutan yang dikenakan kepada semua kepala keluarga masyarakata adat sekecamatan menjalin sebesar Rp. 1000 per KK serta organisasi peduli kuburan katolik sedesa menjalin, sebagai sekretaris. Selama sepuluh tahun masa perkawinanya ia dikarunia dua orang anak. Anak pertama bernama Christian Pontiraba yang artinya pontiank, rangitatn dan baweng yang pangilan seharii-harinya Haris, anak kedua Christela Intan Paramitha yang artinya anak kesayangan yang sehari-hari dipanggil Intan. Kebahagian juga selalu terpancar dari keluarga ini yang sehari-hari dipanggil pak Aris (Mikael).

Read More..