"Nagur Page Waris Samadiatn' Nang Jauh"

Kamis, 13 Maret 2008

Panorama Kampungku

Desa Sompak pada akhir tahun 2007 dimekarkan menjadi sebuah kecamatan baru sebelumnya merupakan kecamatan atministratif ”Kecamatan Mempawah Hulu” yang terdiri dari 12 Desa dengan jumlah penduduk 2.278 jiwa. Sejarah pembentukan Kecamatan baru ini penuh dengan dinamika saat penentuan posisi ibu kota kecamatan, dimana ketegangan antara penduduk Sompak dan Pakumbang sempat memanas, menyebabkan transportasi putus akibat jembatan penghubung kedua desa dirusak.

Desember 2007 telah terjadi suksesi pada tingkat Desa, dimana telah dilakukan pemilihan Kepala Desa secara langsung dengan tiga calon kandidat yang dimenangkan saudara Adrianus Kiting. Suhu politik lokal cukup memanas dan terjadi pengkotakan dikomunitas, karena karakter penduduk setempat tergolong keras mempertahankan kepentingan masing-masing.

Sompak sendiri dapat di jangkau dari tiga arah, melewati kecamatan Mempawah Hulu, Kecamatan Darit dan Kecamatan Mandor ”Lewat Desa Sebadu” dapat dilalui kendaraan roda empat dan dua degan kondisi jalan yang beraspal, sebagai kecamatan baru, sarana infrastruktur layaknya kecamatan masih terus dibenahi. Dan ini merupakan perjuangan yang berat masyarakat dan camat sendiri ”Drs. Benipiator” yang berasal dari desa pakumnag.

Penduduk Sompak pada umumnya orang Dayak dan sebagian kecil saja etnis lain seperti tionghoa, melayu dan jawa. Mata pencharian setempat pada umumnya bertani, menyadap karet pengusaha dan PNS. Sistem pertanian masyarakat sudah mengarah pada sistem pertanian modern, sehingga dapat panen dua hingga tiga kali setahun, dengan menggunakan alat pengolahan lahan (sawah khususnya) traktor. Dengan penggunaan pupuk berbasis kimia sintetik cukup tinggi.

Disamping menanam padi dan palawija, karet juga menjadi penopang ekonomi yang utama sehingga tidaklah heran apabila dijumpai banyak tanaman ini baik jenis lokal maupun unggul. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat masih menerapkan sistem perladangan, dimana selesai panen lahan ditanami dengan tanaman karet. Kendati demikian tingkat kemiskinan masih cukup tinggi apalagi di wilayah pedalaman kecamatan baru ini sarana infrastruktur penunjang belum memadai walaupun Kecamatan Sompak dicangkan Pemerintak Kabupaten Landak sebagai Lumbung Padi. Di seputar ibu kota kecamatan kondisi kehidupan masyarakat relatif baik, Ternak yang dipelihara masyarakat bervariasi, mulai dari ayam, babi hingga sapi semuanya dijadikan tabungan keluarga, selain untuk dikonsumsi sendiri.

Ada juga komunitas yang berprofesi sebagai pengusaha, pada umumnya mereka berdomisili di ibu kota kecamatan, sebagai pedagang, usaha meubel, jasa bengkel, warung kopi, dan beberapa rumah makan. Pegawai Negeri Sipil pada umumnya guru, pegawai Puskesmas dan pegawai kantor kecamatan.

Puskesmas sudah ada di desa Sompak sebelum menjadi kecamatan, demikian pula sarana pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan SMU. Animo ”minat” masyarakat terhadap pendidikan cukup memuaskan walaupun di satu sisi banyak juga usia putus sekolah. Kebanyakan kaum muda enggan tinggal di kampung. Pada umumnya mereka mencari kerja ke kota, bahkan ada yang ke Malaysia sebagai TKI. Dari sekian banyak TKI yang paling besar adalah kaum hawa. ada cukup banyak perempuan. Pada umumnya alasan kerja di luar wilayah adalah alasan-alasan ekonomi walau ada juga yang beralasan mencari pengalaman baru.

Sementara agama yang berkembang di wilayah ini pada umumnya Katolik, Protestan, dan sedikit komunitas Muslim. Bahkan di beberapa tempat ( Sompak, Galar, ) dijumpai penganut agama yang berbeda. Kendati demikian tingkat toleransi cukup tinggi. Dalam perayaan hari Raya keagamaan, walaupun di antara mereka sendiri terjadi persaingan karena fanatisme pada keyakinan masing-masing. Faktor kekeluargaan sampai saat ini masih menjadi penguat solidaritas mereka.

Walaupun komunitas sudah menganut agama, tetapi adat istiadat masih cukup kental mewarnai kehidupan komunitas. Ritual dari adat pertanian (bauma ba' tahutn) dari memohon petunjuk (baburukng) sampai upacara syukur (Naik Dango) masih dilakukan. Proses kehidupan sosial bermasyarakat masih diikat oleh nuansa adat. bahkan kehidupan secara personal mulai dari dalam kandungan sampai meninggal semuanya disyratkan dengan nuansa adat. Bahwa hubungan antara manusia dengan roh leluhur masih dipelihara, hal ini terlihat dari adanya tempat-tempat keramat yang memiliki fungsi masing-masing dan dilindungi.

Radio Komunitas, yang di fasilitasi YPB pada periode lalu perkembangannya cukup pesat. Alat ini cukup banyak membantu masyarakat untuk saling berkomunikasi. Studio Radio Komunitas menjadi tempat mereka saling bertemu. Keterbatasan kapasitas baik sumber daya pendukung siaran maupun sumber daya manusianya menjadikan Radio ini belumlah maksimal menjalankan fungsinya. Tetapi setidaknya Radio, dengan seluruh keterbatasannya sudah memberi kontribusi positif pada perkembangan masyarakat di sekitar wilayah yang terjangkau. Menjadi salah satu sarana hiburan alternatif.

Read More..

Pendidikan Agama Bekal Pergaulan Anak


Persoalan mengenai remaja banyak dibincangkan. Malangnya, hampir setiap pembicaraan isu remaja hanya berkisar masalah keruntuhan akhlak dan moral. Isu lain yang lebih penting kurang diberi perhatian. Semua isu ini mendominasi remaja hingga kita tidak nampak lagi kebaikan golongan itu.

Sebaliknya, masyarakat seakan-akan lupa untuk menyalurkan simpati dan keprihatinan dalam menangani masalah remaja. Kita lebih senang membiarkan masalah remaja ditangani oleh ibu bapa mereka sendiri. Keadaan ini berlaku kerana menganggap itu masalah peribadi sebuah keluarga dan sepatutnya diselesaikan oleh keluarga sendiri. pembangunan remaja saat ini adalah agenda penting yang perlu diberi perhatian serius oleh semua pihak. karena merupakan ancaman bangsa dan negara.

Hampir semua isu keruntuhan moral bertitik-tolak kepada kepincangan didikan agama. Kecanggihan perkembangan teknologi yang melampaui batasan, muzik yang melalaikan serta sosio seksual di luar kendali. Sebenarnya, kemelut yang melanda remaja berpuncak dari kepincangan didikan agama dan moral. Masalah ini bukan saja melanda remaja, namun merambak didalam keluarga dan masyarakat.

Kegagalan institusi keluarga memainkan peranan sebagai ‘role model’ hasanah (teladan) yang semangkin menyeret remaja jauh terpisah dari kebenaran dan kesedaran. Kegagalan masyarakat dan pemerintah menangani isu remaja merupakan runtuhnya regenerasi pembangunan bangsa dan negara tercinta ini, jika hal ini dianggap sepele. Sehingga kita harus memulai dari hal yang kecil dilingkungan keluarga , masyarakat agar tdak terjebak kedalam masalah sosial yang tidak baik.

Read More..

Rabu, 12 Maret 2008

Potret Desa dan Kehidupan Sahabatku


DI sebuah desa terpencil yang sangat ramah penduduknya lahirlah seorang anak bernama A’en, desa ini berjumlah 56 KK dengan mata pencharian sehari-hari penduduk bertani dan menyadap karet untuk kebutuhan hidup, walaupun begitu banyak juga anak-anak dari desa ini yang berhasil merantau dan mengenyam pendidikan.

Jarak tempuh dari desa kepusat kecamatan 8 km dengan keadaan jalan yang setengah beraspal dan pengerasan. Ae’n nama kesanyangan yang diberikan kedua orang tuanya, waktu berumur 6 tahun ia sudah duduk dibangku sekolah dasar. Ia sangat senang bermain bola kaki, petak umpet dan berlarian dipematang sawah yang belum ditanam padi dengan teman sebaya, teman sepermainan a’eni nawi, katutok, mandus pero, lambuk, membeng dan yang lainnya. Walau usia yang tergolong anak-anak ia menjadi jempolan orang tua. sebelum pajar tengelam yang menandakan akan berakhirnya pekerjaan orang tua. Namun kedua orang tua ae’n tidak merasa repot melakukan pekerjaan lagi dirumah karena sudah dilakukan sianak : seperti menyapu, mencuci piring, menanak nasi, memberi makan hewan piaraan serta memandikan siadik yang masih kecil.

Setelah tamat Sekolah Dasar a’en melanjutkan di SLTP I Menjalin, waktu sekolah ae,n tinggal dengan pamannya ( sanusi ), karena a’en anak yang rajin sehingga pekerjaan dirumah pamanya kerap dilakukan sampai akhirnya ia tamat sekolah. keuletan dan kegigihannya a’en untuk sekolah tinggi sekali, dan diputuskan untuk melanjutkan sekolah di SLTA Santo Paulus Nyarongkop. Selesai tamat SLTA a,en menjalin hubungan dengan seorang gadis cantik sebut saja namanya Erna marta yang berasal dari desa lamoanak, ia harus berpisah selama tiga tahun karena a’en harus mendekam selama tiga tahun, tapi bukan penjara lho..., asrama tempat a’en tinggal sangat ketat dan disiplin karena asrama bineka nyarongkop yang diasuh oleh Br. Chimes, hanya waktu libur panjang saja bisa melepas rindu dengan keluarga dan sang pacar pada waktu itu masih duduk dibangku sekolah SLTPN I Menjalin. Perpisahan selalu menyelimuti hubungi mereka karena waktu a’en tamat SLTA langsung melanjutkan study di perguruan tinggi yaitu Faklutas Hukum Pontianak keduanya tidak sesulit dulu untuk bertemu apalagi setelah sang pacar tamat sekolah langsung mendapatkan pekerjaan dirumah sakit bersalin Harapan Anda. Keberadaan sang pacar dipontianak semangkin mengakrabkan kembali hubungan mereka, hingga sampai kejenjang pernikahan pada tahun 1998 setelah a’en menyandang gelar sarjana (SH), pernikannya diberkati di Gereja Santo Petrus dan Santo Paulus oleh pastor Erwin OFM Cap.

Setelah memulai kehidupan baru mereka tidak lagi hidup satu atap dengan kedua orang tua, hari demi hari mereka lalui dengan penuh harapan agar hidup tidak selalu merepotkan kedua orang tua maka mereka membuka usaha warung kopi dipasar menjalin yang digeluti oleh istri tercinta dengan segala suka dan duka yang dialami, sedangkan kegiatan sehari-hari a’en bergelut dilembaga Yayasan PAHAR sekaligus salah satu pendiri yayasan, bergerak dibidang pemberdayaan hak perempuan adat dan rekonsiliasi sosial, sebelum bergabung di Yayasan Pangingu Binua beliau dikontrak selama 6 bulan dilembaga LPAGAR sebagai staff program SPDKK ( Sistem Peringatan Dini Kekerasan Komunal), khusus dikabupan Landak. Ketika masa kontrak beraskhir a’en bergabung di YPB sebagai staff even organizer awal 2008. aktif diorganisasi kelompok kerja masarakat adat (POKJA) dibawah naungan Dewan Adat Kecamatan, membentuk program kerja SOLOK BINUA dimenjalin.

Solok binua atau birisatn binua adalah pungutan yang dikenakan kepada semua kepala keluarga masyarakata adat sekecamatan menjalin sebesar Rp. 1000 per KK serta organisasi peduli kuburan katolik sedesa menjalin, sebagai sekretaris. Selama sepuluh tahun masa perkawinanya ia dikarunia dua orang anak. Anak pertama bernama Christian Pontiraba yang artinya pontiank, rangitatn dan baweng yang pangilan seharii-harinya Haris, anak kedua Christela Intan Paramitha yang artinya anak kesayangan yang sehari-hari dipanggil Intan. Kebahagian juga selalu terpancar dari keluarga ini yang sehari-hari dipanggil pak Aris (Mikael).

Read More..

Kamis, 06 Maret 2008

"Bahaya AIDS, Narkoba Melanda Remaja Kita"

Semangkin mengalami kemajuan dan peningkatan secara global dalam bidang ekonomi, sosbud, infrastruktur, pendidikan tidak kalah tajam dengan perkembangan peningkatan AIDS dan pemakaian narkoba diberbagai negara, daerah bahkan pelosok perdesaan, ini sangat mengerikan sekali bagi generasi kita yang akan datang.

Masyarakat dan pemerintah memahami kebutuhan program pencegahan dan pusat rehabilitasi akibat AIDS dan peningkatan narkoba dengan berbagai gerakan dan penyuluhan namun tidak mampu mencegah epidemi yang lebih besar walau adanya program pengurangan bahaya (harm-reduction) untuk penderita AIDS dan pengguna narkoba suntikan yang telah mencoba tetapi tidak bisa lepas dari ketergantungan obat, atau belum siap untuk berhenti. Untuk mencegah penyebaran AIDS pada kelompok ini dan untuk menyelamatkan jiwa pada populasi yang lebih luas, harus ada dukungan untuk pengurangan bahaya.

Dengan tumpang tindihnya populasi pengguna narkoba suntikan dan pekerja seks, risiko yang dialami oleh setiap kelompok menjadi berlipat ganda. Sehingga sekarang ini ada sebuah populasi dengan risiko sangat tinggi dan berdasarkan berbagai indikator, juga mempunyai angka prevalensi infeksi tinggi yang terus bertambah. Sekitar 80.000 dan 120.000 orang Indonesia positif HIV atau terkena AIDS, menurut perkiraan terakhir. Artinya angka infeksinya sebesar 0,04%-0,06%. Namun lebih meningkat dalam kurun dua tahun terakhir ini. Seperti yang telah dijelaskan laporan nasional ini, meningkatnya tingkat infeksi HIV pada kelompok paling berisiko dikombinasikan dengan frekuensi hubungan seksual yang tinggi antara mereka dengan populasi umum dapat mempercepat epidemi HIV/AIDS di Indonesia.

Dari berbagai informasi mengenai bahaya yang ditimbulkan namun masih banyak dikalangan kita yang justru mencoba, yang menyedihkan banyak mengerogoti para remaja dan peserta didik. Kesadaran pribadi kita merupakan kunci utama untuk melawan dan memerangi penyakit yang mematikan ini. Jangankan kalangan masyarakat yang tidak tertutup dan mempunyai potensi strategis, didalam penjara saja hal ini bisa kecolongan juga. Kadang kita heran dan bertanya-tanya mengapa bisa terjadi ? hanya ada jawaban bahwa kunci kesadaran pribadi.

Read More..

Punahnya Keagungan Tuhan

Pada akhir tahun 1960-an, pemerintah Orde Baru memulai pembalakan besar-besaran untuk mendapatkan modal guna program pembangunan ekonomi. Produksi kayu melonjak. Bersamaan dengan itu, makin luas pula hutan yang terbuka dan rusak. Hutan hujan tropik lembab yang lebat dengan tajuk yang tertutup berubah menjadi semak belukar dan padang alang-alang.

Tingkat kelembaban turun. Pada musim kemarau, semak belukar dan alang-alang mengering. Seresah dan gambut mengering. Bahan organik yang mengering itu merupakan bahan bakar yang ideal. Maka, pada tahun 1982, 15 tahun setelah pembalakan besar-besaran, kita dan dunia dikejutkan kebakaran hutan yang amat luas di Kalimantan. Sekitar 3,5 juta hektar hutan terbakar. Sulit dipercaya, hutan hujan tropik dapat mengalami kebakaran. Setelah itu kebakaran besar berulang dengan frekuensi makin tinggi. Kini setiap musim kemarau dapat dipastikan terjadi kebakaran hutan besar. Namun, kita tidak mau belajar dari pengalaman. Pembalakan hutan dan pembukaan hutan kian meninggi untuk dijadikan hutan tanaman industri dan perkebunan. Celakanya, pembukaan hutan banyak dilakukan menggunakan api, sebuah metode murah yang efektif. Mengingat bahan bakar tersedia dalam jumlah besar dalam bentuk seresah, semak belukar, alang-alang dan gambut kering di daerah luas, pembakaran berubah menjadi kebakaran hutan dan lahan yang tak terkendali. Ditambah lagi, dibanyak tempat ada batu bara di lapisan tanah atas yang juga merupakan bahan bakar yang bagus. Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang menyebabkan kerugian lingkungan hidup, material, dan kesehatan?

Pertama, penegakan hukum. Mereka yang membuka lahan dengan membakar hutan dan belukar harus ditindak. Dari citra satelit tampak jelas, titik api banyak di areal perkebunan. Sejak Sarwono menjadi Menteri Lingkuan Hidup, hal ini telah terungkap. Selama hukum tak ditegakkan, kebakaran hutan dan lahan akan menjadi rutinitas tahunan musim kemarau.

Kedua, semak belukar dan alang-alang harus direhabilitasi menjadi hutan hujan tropik. Sejak tahun 1960-an pemerintah telah berusaha melkukan reboisasi dan penghijauan. Usaha ini mengalami kegagalan. Lahan kritis di dalam dan di luar hutan tidak berkurang, tetapi terus bertambah. Dalam hal ini kita tidak mau belajar dari pengalaman. Sistem reboisasi dan penghijauan menggunakan metode yang pada prisipnya tidak berubah. Paling-paling dengan modifikasi community based. Pada tingkat proyek community based reboisasi dan penghijauan dapat berhasil. Akan tetapi, saat diterapkan pada skala luas, tingkat keberhasilannya amat rendah. Penduduk tidak mendapat keuntungan apa pun. Hutan dan lahan rusak lagi. Ini akan dapat berhasil apabila ada penegakan hukum yang tegas terhadap oknum-oknum perkebunan besar dan hutan tanaman industri yang melakukan pembukaan lahan dengan pembakaran yang dengan mudah akan merambat ke hutan dan lahan peserta pseudo-Protokol Kyoto. Penduduk tak akan berdaya menghadapi mereka yang mempunyai modal dan beking yang kuat.

Hutan yang dibuka tidak luas. Mengingat kepadatan penduduk rendah, ladang terpencar di antara bentangan hutan luas. Hutan hujan tropik hijau sepanjang tahun dengan tajuk yang menutup. Kelembaban dalam hutan tinggi. Seresah dan gambut dalam hutan itu pun lembab dan basah. Hampir tak ada bahan organik yang mudah terbakar. Kapan kerinduan seperti ini kita dapatkan dan rasakan lagi ?

Read More..